Tutorial Interpolasi IDW dan Kriging
Interpolasi merupakan metode mendapatkan data dengan
memanfaatkan beberapa data yang sudah diketahui (Pasaribu 2012). Dalam
pemetaan, interpolasi merupakan proses estimasi nilai pada wilayah yang tidak disampel
atau diukur, sehingga tampilah peta atau sebaran nilai pada seluruh wilayah.
Inverse Distance Weighting (IDW) adalah metode interpolasi yang mengasumsikan bahwa
semakin dekat jarak suatu titik terhadap titik yang tidak diketahui nilainya,
maka semakin besar pengaruhnya. IDW
menggunakan nilai yang terukur pada titik-tiik di sekitar lokasi tersebut, untuk
memperkirakan nilai variabel pada lokasi yang dimaksud. Asumsi dalam metode IDW
adalah titik yang lokasinya lebih dekat dari lokasi yang diperkirakan akan
lebih berpengaruh daripada titik yang lebih jauh jaraknya. Oleh karena itu, titik
yang jaraknya lebih dekat diberi bobot yang lebih besar (Indarto 2013).
Kerugian
dari metode IDW adalah nilai hasil interpolasi terbatas pada nilai yang ada pada
data sampel. Pengaruh dari data sampel terhadap hasil interpolasi disebut
sebagi isotropic. Dengan kata lain, karena metode ini menggunakan rata
rata dari data sampel sehingga nilainya tidak bisa lebih kecil dari minimum
atau lebih besar dari data sampel. (Watson et
al. 1985).
Metode Kriging adalah
estimasi stochastic yang mirip dengan Inverse Distance Weighted (IDW)
dimana menggunakan kombinasi linear dari weight untuk memperkirakan nilai
diantara sampel data (Pramono 2008). Asumsi dari metode ini adalah jarak dan
orientasi antara sampel data menunjukkan korelasi spasial yang penting dalam
hasil interpolasi. Metode Kriging sangat banyak menggunakan sistem
komputer dalam perhitungan.
Tidak
seperti metode IDW, Kriging memberikan ukuran error dan confidence.
Metode ini menggunakan semivariogram yang merepresentasikan
perbedaan spasial dan nilai diantara semua pasangan sampel data. Semivariogram
juga menunjukkan bobot (weight) yang digunakan dalam
interpolasi. Jenis Kriging yang bisa dilakukan adalah dengan cara
spherical, circular, exponential, gaussian dan linear
(Pramono 2008).
Dalam
melakukan interpolasi, diperlukan data dalam bentuk excel berupa titik
koordinat X (Bujur) dan Y (Lintang) beserta data yang akan diinterpolasi (dalam
tutorial ini berupa data curah hujan tahunan di beberapa titik wilayah
Indonesia).
1. Inputkan peta wilayah
sebagai peta dasar, Add data format shp. Pastikan sebagai data yang diinput
pertama, proyeksi data harus dalam Geographic
Coordinate System (Decimal degree). Hal ini berpengaruh untuk mensinkronkan
data yang akan diinput selanjutnya yaitu data titik koordinat. Kesalahan jenis sistem koordinat sering menimbulkan error
yang menyebabkan data lokasi titik koordinat tidak muncul.
2. Add
data excel, File - Add data – Add XY data
Data titik yang sudah diinput tidak dapat diproses, maka
perlu di export ke format shp untuk proses selanjutnya.
Klik kanan pada data titik – data – export data
3. Lakukan
interpolasi
Pilih ArcToolBox – Spatial Analyst tools –
Interpolation – IDW/Kriging
Batas hasil interpolasi akan mengikuti batas lokasi terluar
data yang tersedia menyebabkan sebagian wilayah tidak akan terinterpolasi. Sehingga
untuk menyesuaikan hasil interpolasi dengan batas wilayah kajian yang
diinginkan, lakukan pengaturan sebelum melakukan running interpolasi.
Environments – Processing extent, pada bagian extent pilih same as… (shp peta
dasar yang digunakan / sesuaikan dengan kebutuhan)
4. Hasil
interpolasi
IDW |
Kriging |
Permisi kak. izin bertanya. jika interpolasi error IDW [000000_12301899] bagaimana solusinya kak? mohon informasinya kak
BalasHapus