Climate Change, Bom Waktu Kehidupan Bumi
Author: Rinanda
Climate change atau Perubahan iklim disebabkan adanya pemanasan global di bumi. Peningkatan suhu ini diakibatkan berbagai aktivitas manusia yang menghasilkan berbagai macam gas buangan tambahan ke atmosfer seperti karbondioksida (CO2), nitrogenoksida (N2O), metana (CH4), sulfurheksaflorida (SF6), perflorokarbon (PFCs), dan hidroflorokarbon (HFCs) yang membuat efek seperti rumah kaca di atmosfer. Seperti halnya konsep rumah kaca, panas yang masuk ke atmosfer bumi, terperangkap dan tidak bisa lepas kembali keluar atmosfer sehingga terjadi peningkatan temperature bumi. Pada dasarnya, udara memiliki kemampuan dalam mereduksi gas yang masuk kedalamnya melalui masa “life time” gas-nya. Gas-gas penyusun atmosfer memiliki rentang “life time” yang berbeda mulai dari beberapa detik saja sampai jutaan tahun.
Climate change atau Perubahan iklim disebabkan adanya pemanasan global di bumi. Peningkatan suhu ini diakibatkan berbagai aktivitas manusia yang menghasilkan berbagai macam gas buangan tambahan ke atmosfer seperti karbondioksida (CO2), nitrogenoksida (N2O), metana (CH4), sulfurheksaflorida (SF6), perflorokarbon (PFCs), dan hidroflorokarbon (HFCs) yang membuat efek seperti rumah kaca di atmosfer. Seperti halnya konsep rumah kaca, panas yang masuk ke atmosfer bumi, terperangkap dan tidak bisa lepas kembali keluar atmosfer sehingga terjadi peningkatan temperature bumi. Pada dasarnya, udara memiliki kemampuan dalam mereduksi gas yang masuk kedalamnya melalui masa “life time” gas-nya. Gas-gas penyusun atmosfer memiliki rentang “life time” yang berbeda mulai dari beberapa detik saja sampai jutaan tahun.
Tabel "Residence Time" |
Gas
dominan penyusun atmosfer seperti Nitrogen (78%), dan Oksigen (21%) memiliki life time yang sangat lama. Nitrogen
termasuk gas yang stabil dan tidak mudah bereaksi dengan gas lain sehingga
dengan jumlahnya yang banyak, tidak akan memberi resiko menghasilkan unsur lain
yang tidak diinginkan. Nitrogen dapat dihasilkan dari proses denitrifikasi dan oksidasi amonia anaerobik dalam siklus nitrogen. Tapi pembentukannya juga diimbangi dengan pemanfaatannya yang sangat
banyak. Diantaranya Nitrogen sebagai pembentuk senyawa penting seperti Asam
amino dan Asam Nitrat sebagai komponen penting pembentuk DNA dan RNA dalam
kehidupan makhluk hidup. Selain itu permintaannya di berbagai industri
meningkat baik dalam bentuk gas atau cair seperti untuk industri pertanian,
kedokteran, kimia, kelistrikan dll. Seperti halnya yang sudah kita ketahui,
oksigen sangat dibutuhkan makhluk hidup dalam bertahan hidup. Oksigen yang
digunakan untuk bernapas, menghasilkan gas buangan berupa karbondioksida.
Selain itu oksigen dapat bereaksi dengan gas lain sehingga pemanfaatannya yang
begitu banyak perlu diimbangi dengan pembentukannya. Fotosintesis tanaman
menjadi sumber utama pembentukan oksigen.
Berbeda
halnya dengan gas dominan. Gas buangan yang memiliki persentase jumlah kecil di
atmosfer justru menjadi berbahaya saat masa life
time nya yang tidak sebentar namun frekuensi pembentukannya yang
terus-menerus melalui aktivitas manusia. Selain gas ini adalah gas buangan
sehingga tidak dimanfaatkan lagi, ditambah masa life time nya yang lama semakin membuat gas ini menumpuk di atmosfer
dan menimbulkan efek rumah kaca.
Peningkatan Emisi Karbon 13 tahun terakhir (source:climate.nasa.gov) |
Karbon
dioksida adalah gas rumah kaca terpenting yang menahan panas bumi. Emisi karbon
yang banyak dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil, industri, dan
aktivitas manusia lainnya mengalami peningkatan sejak masa revolusi industri
tahun 1800-an. Besar emisi yang semula hanya 280 ppm, di awal tahun 2018 ini
sudah mencapai 407 ppm (Co2.earth, 2018) dengan batas normalnya 350 ppm. Peningkatkan suhu rata-rata global mencapai
1.5 fahrenheit (0.83OC). Perubahan suhu rata-rata yang terlihat
kecil ini justru memberikan efek yang sangat besar bagi lingkungan. Hanya
perubahan 0.5 derajat celcius saja pada rata-rata suhu bumi, dapat menimbulkan
panas ekstrem, peningkatan intensitas dan frekuensi curah hujan serta musim panas/kering
yang lebih lama (Climate news network, 2017). Peter Pfleiderer, ilmuwan dari Postdam Institute For Climate Impact
Research and for Climate Analytics mengatakan suhu tertinggi saat musim
panas di seperempat wilayah bumi meningkat lebih dari 1OC sedangkat
suhu terendah saat musim dingin meningkat 2.5 OC.
Sejarah peningkatan level emisi karbon (source:climate.nasa.gov) |
Perubahan
iklim memberi banyak dampak dalam kehidupan di bumi. Beberapa diantaranya berpengaruh
terhadap lautan, cuaca, makanan dan kesehatan. Pencairan es di kutub akibat
peningkatan suhu rata-rata bumi meningkatkan volume dan tinggi muka air laut
sehingga banyak daratan yang tenggelam serta terjadinya banjir terutama daerah
pesisir pantai. Cuaca yang berubah karena perubahan iklim diantaranya adanya
peningkatan kondisi cuaca ekstrem seperti halnya siklon tropis Campaka dan Dahlia
yang baru terjadi bulan November 2017 lalu di daerah selatan Jawa Indonesia,
perubahan rentang musim hujan dan kemarau, bahkan kekeringan. Akibat dari
kekeringan, banjir, serta perubahan rentang musim menyebabkan kemampuan lahan
dalam menopang kebutuhan makhluk hidup akan pangan berkurang. Kondisi lahan dan
faktor meteorologi yang tidak mendukung pertumbuhan tanaman maupun perkembangan
hewan dapat menyebabkan krisis pangan.
Tentu
berbagai dampak yang ditimbulkan akibat perubahan iklim, pada dasarnya secara
tidak langsung berpengaruh terhadap kesehatan makhluk hidup. Pada wilayah urban
yang memilki banyak penghasil emisi gas dari industri, transportasi maupun asap
rokok dengan minim lahan terbuka hijau dapat meningkatkan potensi gangguan
kesehatan dibandingkan dengan orang yang tinggal di daerah rural. Kondisi
lingkungan urban yang banyak menghasilkan emisi disertai permukaan yang banyak
memantulkan panas mengakibatkan panas yang datang akan banyak tertahan dan terakumulasi
di wilayah “urban heat area”.
Berbagai penyakit yang dapat muncul seperti gangguan pernapasan, jantung maupun
kanker paru-paru.
Komentar
Posting Komentar