Proyeksi peta dalam pemetaan situs Arkeologi

Author : Rinanda

Dalam menemukan sebuah situs bersejarah (arkeologi) terutama yang banyak tersebar di wilayah Indonesia ini perlu adanya suatu sistem pemetaan yang membantu dalam memplot baik wilayah yang akan diteliti maupun daerah temuan para arkeolog. Dalam survei arkeologi, ada beberapa metode untuk pemetaan yaitu dengan bantuan pemindaian satelit maupun dengan peta topografi dengan mengambil beberapa unsur untuk peletakan data wilayah yang digunakan untuk penggalian.
Di wilayah Indonesa ini yang berada di sekitar khatulistiwa, sistem proyeksi mercator adalah sistem proyeksi yang cocok dengan menggunakan tabung silinder yang menyinggung bola bumi bagian khatulistiwa sehingga dapat terproyeksikan dengan baik. Proyeksi UTM (Universal Transver Mercator) adalah yang paling ideal dalam memberikan hasil dengan distorsi minimum. UTM memberikan batasan luas bidang 6o antara 2 garis bujur elipsoid yang dinyatakan sebagai zone. 

Dibandingkan dengan koordinat geografi dengan batasan luas bidang 15o dengan koordinat UTM, maka penentuan titik koordinat pada peta dapat lebih spesifik terutama pemetaan situs arkeologi yang butuh keakuratan dalam pemetaan untuk menghindari kesalahan wilayah penggalian.
Sebuah peta arkeologi memiliki skala yang ditentukan berdasarkan luas wilayah yang diamati. Untuk cakupan wilayah seluas provinsi digunakan skala 1:250.000-1:100.000, seluas kabupaten 1:50.000-1:100.000, dan kota atau desa 1:10.000-1:25.000.

Situs-situs yang terpetakan dapat membantu para arkeolog dalam menyimpan data dan menjaga situs yang belum tergali tetap aman tanpa terusik masyarakat (penanda) karena walaupun kini dengan bantuan satelit yang bahkan dapat melacak situs sampai kedalaman 10 meter di bawah tanah, tetap dibutuhkan penggalian secara manual oleh para arkeolog.

Komentar

Postingan Populer